Rabu, 09 Januari 2008

bukan Itu ( Mimbar 1 )

Tanahku negeri wacana
sumber laku pelbagai Agama
yang damai tak lama mati
yang hidup penuh bencana
laku tikus menjadi harga
laku adzab menjadi sembahan
masih ada surga di sini
untuk sebagian lagi
papat lambat datangnya
hingga tikus makin jaya
pitu m'lawun mundur
tutup taun binasa juga

Aulia terus mendengar kidung itu pada tiap tengah malamya,terus terus sehingga sangat mengganggu akalnya...
Datanglah kau jiwa tanpa wajah,terangkan padaku apa yang menjadi kehendakNYA mendengarkan lantun ruwuh ke dalam sendi sendi jatiku ini...
Kita tidak akan membicarakan tentang Agama,Raden! yang akan kita perbincangkan adalah sebab akibat dan pertanyaan dari kehidupan manusia tanah ini...
Mari tutup rapat rasa aku dari diri Raden saat perbincangan ini,sebab bila masih ada Aku sekecil apapun yang ada di benak sampeyan,itu akan mendorong rasa tak enak dan pada akhirnya Raden tidak akan menerima semua ucapan saya ini..
apabila Raden sudah siap akan saya mulai dari sesuatu yang kita yakini agar sampeyan tidak menjadi tletah..
Apa yang aku bicarakannya ini tak ada kaitannya dengan apapun yang ada di hidup sampeyan dan tidak akan mengubah apapun dalam hidup sampeyan.pertama Mari lihat apa yang kita telah lakukan pada tanah ini?Lihat apa yang telah nenek moyang sampeyan lakukan pada tanah ini?yang hidup sekarang menyalahkan pada yang hidup kemarin,yang hidup kemarin menyalahkan yang hidup kemarin dulu,yang kemarin dulu menyalahkan yang lalu lalu,sehingga tak pernah ada habisnya saling menyalahkan dan saling menghujat...ini semua sudah terucap raden dari mulut mulut yang ahli,tanah ini sudah seharusnya begini jadinya!!
sudah menjadi kehendak yang Maha Ada dan membuat Ada...
Sudah sewajarnya yang saat ini hidup menggenapkan apa yang sudah digariskan,bukan hanya menunggu yang belum pasti datang!!Lihat Raden mereka mereka itu sibuk menyalahkan para nenek moyangnya yang menjadikan tanah mereka surga bencana saat ini sampai 38 purnama lagi..lalu mereka pada akhirnya menunggu sebuah ramalan terjadi yang mereka akui karena ramalan itu baik untuk mereka...coba apabila ramalan itu buruk untuk mereka,pasti mereka akan sukarela meneriaki sang peramal dengan makian makian dari mulut kotornya itu..
Sudahkah Raden ini menelaah pada diri raden?sampai ke jiwa yang paling dalam?coba lihat disana ada benci manusia sekeliling,suka,makian,dengki dan iba mereka dan semua rasa ,itu hanya bisa diatur oleh yang namanya sadar,begitu mudah mengatakan "aku sadar",tetapi sebenarnya tak tahu sadar tentang apa?
mulailah dari sekarang,cobalah mulai menyadari dari hal yang paling kecil,jangan pernah mencoba untuk menjadi pahlawan yang merasa paling benar!!karena yang begitu itu miliknya AKU...
Mari kita kembali pada inti masalahnya saja...dari semua yang kita lihat itu saat ini ada juga benarnya,tetapi kita musti balik lagi pada diri kita masing masing,sudahkah kita siap menerima Dia yang akan datang itu dengan tangan terbuka? ataukah sebaliknya dengan tangan mengepal,karena Dia datang tidak sesuai dengan gambaran angan kita masing masing...Di ujung sana Dia ragu untuk datang pada kita,menuntaskan apa yang menjadi kehendak Yang Maha Tahu,tangannya mengepal tetapi hatinya diselimuti ragu,Dia akan datang tepat pada saat kita lengah,datang menutupi aib negeri surga bencana ini dengan Kasih yang berbeda,tetapi ingatlah Dia bukan malaikat yang lembut hati,Dia bukan Jenderal Perang yang Kejam,berhati-hatilah bertindak dan meragu bila dia datang,Dia tidak membawa apa-apa selain beban berat yang Ia pinggul dan Dia tahu kerasnya menghadapi bangsa Jarid ini.hati hati berkata "Aku rela bila Dia datang menjadi pembasuh kakinya,menjadi muridnya yang setia,menjadi kaki tangannya yang abadi,menjadi abdinya yang apik",hati-hatilah raden karena yang begitu itulah yang akan menjadi musuh utama Dia yang terkasih..belum saatnya kita berbicara sehebat itu...Nanti ada saatnya kita lihat pembuktian mana teman mana lawan kita,kita hanya bisa melihat dari ujung bukit ini,dimana kita bisa leluasa memandang ke barat dan ke timur,ke kawan dan ke lawan...hingga kita bisa memutuskan akan berpihak dimana kelak.....

Menuju tak kemana
menghilang baik kiranya
telungpuluh siji baru merasa
kini hanya menunggu rasa
yang terbaik terambil
yang terburuk makin nyata
raja raja hilang mati
ratu menjadi janda kikir
berpikir tak boleh
berpihak salah
baiknya menyingkir
sebelum saat wetu tinggal


1 komentar:

david mengatakan...

bukan itu abis apaan?.Bahasanya aneh amat,bahasa apa sih tuh?kalo nulis pake bahasa persatuan dong,biar aye juga ngerti...........:D